JAKARTA, KOMPAS.com - Nuansa Indonesia terasa begitu
kental saat memasuki lingkungan sekolah. Masih dalam rangka memperingati
Hari Sumpah Pemuda, siang itu, suasana di dalamnya sangat Indonesia.
Belum
apa-apa, pengunjung yang memasuki area kelas 8-9 SMP HighScope
Indonesia sudah disuguhkan makanan khas tradisional Indonesia. Kelas
lain memamerkan pariwisata dan kekayaan budaya seperti miniatur Candi
Borobudur, rumah adat Bali, tarian tradisional Saman dari Aceh, cerita
rakyat dan permainan tradisional Indonesia.
Semuanya disajikan
dalam Student Exhibition di Sekolah HighScope Indonesia, Senin
(29/10/2012). Sebagai rangkaian kegiatan 'Cinta Indonesia', pameran
proyek siswa mulai dari TK, SD, SMP dan SMA itu pun menjadi puncak
peringatan hari Raya Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus lalu sampai dengan
hari Sumpah Pemuda 28 Oktober kemarin. Bahkan, semangat cinta Indonesia
itu pun akan diteruskan di lingkungan sekolah setiap hari Kamis.
"Melalui acara ini, kita ingin show-off,
menunjukkan kekayaan budaya kita, potensi Indonesia, bahkan sumber daya
manusia yang ternyata tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain," kata
Kepala SMP HighScope Indonesia, Etika Hia, di sela pameran bertajuk
Cinta Indonesia itu.
Melalui kegiatan yang kreatif ini, Eka
berharap para siswa tergugah rasa cinta dan bangga mengenal negerinya.
Para siswa telah dibekali pengetahuan soal nasionalisme oleh pakar-pakar
khusus anak yang diundang. Siswa kemudian didorong untuk menggali
potensi daerah di Indonesia, mempelajari, menikmati, memilikinya, lalu
memperkenalkan kembali kepada publik.
"Dari sini, harapan kami,
kesadaran anak-anak untuk membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan yang
banyak akan tertanam, juga dengan kecintaan mereka terhadap negerinya
akan membuat mereka mau kembali dan menyumbang sesuatu untuk Indonesia,"
kata Eka.
"Mereka sendiri yang menggali informasi sesuai
minatnya. Mereka juga diajarkan untuk bersinggungan langsung dengan
publik, makanya ada proyek seperti ini, mereka yang memamerkannya dengan
pemanfaatan teknologi yang mereka pahami, tapi esensi pun tetap dapat
mereka tangkap," tuturnya lagi.
Lihat saja, para siswa tampak
bersukacita membawakan beragam bentuk kebudayaan, mulai dari lagu
nasional dan daerah, menari, mendalang sampai mengenalkan produk
tradisional Indonesia, seperti kuliner, anyaman dan wayang.
Seperti
yang dilakukan Citta dan Puja, dua siswi kelas 8-9 C ini memilih untuk
menyajikan proyek makanan khas tradisional dari Palembang, yaitu Es
Kacang Merah. Melalui proyek wisata boga ini, mereka belajar sejarah dan
cara pembuatan minuman tersebut.
"Minuman sederhana ini rasanya
enak, tapi belum banyak yang mengenalnya. Ini kan salah satu kekayaan
Indonesia, makanya kami mencoba menggali dan mempelajarinya, kemudian
memperkanalkannya juga," ungkap Citta.
Lain lagi dengan Fabian
dan teman-temannya dari kelas 8-9 B. Melalui proyek Museum Legenda
Indonesia, kelasnya memamerkan ragam cerita rakyat. Mereka pun
menuturkan kisah dan tampilan tokoh-tokoh di dalamnya.
"Budaya
Indonesia itu tidak diketahui anak muda sekarang. Dari cerita rakyat
ini, kita jadi tahu pesan sekaligus peninggalan budaya yang dimiliki
Indonesia. Biar kita juga tidak terlalu mengekspos budaya luar,"
katanya.
"Kalau aku bangga sama tarian Indonesia, karena
Indonesia itu kreatif. Dari gerak tarian itu banyak hal yang bisa kita
pelajari," ungkap Salma, siswa kelas 4-5 SD Highscope saat memamerkan
proyek tarian Saman dari Aceh.
Siswa lainnya ada yang terlibat
dalam pembuatan film dokumenter sejarah, tarian tradisional, pementasan
wayang, nyanyian tradisional, kegiatan membatik, dan pameran tokoh
inspirasi Indonesia berprestasi dan presentasi Cinta Indonesia lainnya.
Proyek
Cinta Indonesia diharapkan dapat menyadarkan siswa untuk berjuang di
era globalisasi dengan tetap memegang teguh nilai nasionalisme dan nilai
kearifan lokal nusantara.
"Semangatnya supaya menjadikan
Indonesia lebih baik ke depan, tidak hanya di dalam negeri tetapi di
kancah internasional, cita cita itu diwujudkan dari sekarang. Untuk
membangun Indonesia ke depan," tutup Kepala Sekolah Eka.
Opini: pemuda itu bagaikan kertas putih yang masih polos bila dituliskan hal yang baik maka akan membuat suatu yang bagus dan enak dilihat begitu pula sebaliknya bila ditulis yang buruk akan membuat suatu yang tidak enak dilihat maka kita harus mengarahkan pemuda kita kejalan yang baik agar indonesia dapat maju dan mengukir prestasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar